12 Ide Kegiatan Memulai Montessori di Rumah untuk Usia 1 Tahun

Ada begitu banyak referensi tentang Montessori di luar sana, terlebih kerena sedang sangat diminati di kalangan para ibu di Indonesia yang memang sangat banyak manfaatnya untuk si kecil.
Semakin lama membaca dan mencari tahu tentang penerapan Montessori di rumah, semakin tumbuh juga rasa semangat dan cinta kami dengan metode ini.
Tapi... tetap saja saat mau mulai eksekusi, malah kebingungan sendiri harus mulai dari mana.
Akhirnya, setelah sekian lama beradaptasi dengan berbagai ilmu tentang Montessori, saya memutuskan untuk berbagi dari hal yang paling sederhana dulu.




Di cerita sebelumnya tentang bagaimana kami ber-Montessori, saya sempat menyinggung tentang 5 area yang dilakukan dalam Montessori.
Tapi pada dasarnya, hampir seluruh kegiatan direkomendasikan untuk anak usia 2,5 tahun ke atas.

Lalu, bagaimana dengan anak di bawah 2 tahun seperti anak kami?
Jawabannya adalah dengan melakukan beragam kegiatan keterampilan hidup atau istilahnya Practical Life.
Memang untuk yang sudah mendalami Montessori, area Practical Life ini cenderung dimulai dari kegiatan menyendok, menuang, menjepit, dan lain-lain.
Tapi kalau mau dimulai dari hal yang paling sederhanda seperti melakukan kegiatan sehari-hari layaknya kita sebagai orang dewasa melakukan kegiatan kita, juga bisa, kok.
Tanpa berpikir panjang, di bawah ini kegiatan pertama yang kami mulai saat anak kami memasuki usia 1 tahun untuk bisa langsung menerapkan Montessori.

1. Memilih pakaian sendiri
Ketika mencari tahu tentang Montessori dan mengetahui bahwa hal yang paling mudah dilakukan adalah sesederhana berkomunikasi dengan anak dan memberikan ruang untuk anak dalam melakukan hal untuk dirinya sendiri, maka memberikan pilihan kepada anak untuk memutuskan ingin menggunakan pakaian apa di hari itu adalah langkah pertama yang kami ambil untuk memulai Montessori di rumah.
Sebelum berusia 1 tahun, kami memberikan 2 pilihan pakaian dengan membawanya ke hadapan anak sambil menyesuaikan dengan pandangannya dan mengajaknya berbicara sambil memutuskan pakaian mana yang akan dipakainya. Walaupun nampaknya putri kami belum mengerti, tetapi memberikan kesempatan untuk memilih dapat membentuk rutinitas anak sejak kecil.
Setelah anak kami sudah bisa berjalan, saya mulai meletakkan 2 pilihan pakaian di tempat yang minim distraksi agar anak kami dapat memilih satu sesuai dengan keinginannya.
Lalu kerena adanya tatanan yang rutin seperti ini setiap hari, pada akhirnya anak kami sudah bisa memilih pakaiannya sendiri dan mulai dapat meminta/request ingin mengenakan pakaian apa (atau warna apa) hari ini.

2. Minum menggunakan gelas kaca/keramik
Kegiatan ini terkesan sederhana, selain karena Montessori, sebenarnya minum dengan menggunakan gelas adalah salah satu penanda tumbuh kembang anak mulai usia 15-18 bulan.
Tetapi kegiatan ini juga cukup mengkhawatirkan jika seandainya anak menjatuhkan gelasnya.
Di dalam Montessori, hal ini dikenal dengan "apa yang dilakukan oleh tangan, akan diingat oleh otak" atau istilahnya "muscle memory".

Oleh karena itu, dengan melakukan kegiatan ini, anak juga belajar mengontrol koordinasi mata dan tangan serta berhati-hati saat memegang atau membawa benda yang berbahan rentan pecah.

3. Makan menggunakan alat makan
Sejak putri kami mulai tertarik untuk mengikuti cara kami, orang tuanya, makan menggunakan alat makan, khususnya sendok dan garpu, maka dengan segera kami pun memberikan sendok dan garpu khusus untuk dipakai sendiri olehnya. Kami menggunakan cara responsive feeding sejak awal karena selain hal ini menjadi rekomendasi WHO, IDAI, dan AAP, anak kami juga mengalami beberapa proses adaptasi saat awal MPASI dulu. Akhirnya saat memasuki usia 1 tahun, kami mulai memperkenalkan dengan alat makannya sendiri. Tindakan ini membuat putri kami semakin mandiri dan semakin aktif dalam menyuapi dirinya sendiri.

4. Membersihkan meja setelah makan
Walaupun sudah belajar menggunakan alat makan, hingga saat ini putri kami masih berproses dan belum sepenuhnya bisa makan tanpa tumpah. Nah, solusinya adalah mengajaknya untuk bersama-sama membersihkan tumpahannya setelah makan. Sama seperti kami yang juga membersihkan meja setelah makan, putri kami pun senang membersihkan karena meniru dari aktivitas yang sudah rutin kami lakukan.

5. Mencuci tangan
Layaknya orang dewasa, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan sudah menjadi kebiasaan dan inilah yang ditiru oleh anak kami. Ditambah dengan senangnya “bermain” air, aktivitas mencuci tangan sudah menjadi kegiatan yang menyenangkan untuknya, hingga akhirnya pelan-pelan terbentuk kebiasaan yang teratur mulai dari membasahi tangan dengan air, mengambil sabun, dan mencucinya hingga bersih.

6. Mengembalikan mainan pada tempatnya
Dalam Montessori memang diarahkan agar mainan (atau aparatus) yang akan dimainkan oleh anak ditaruh dalam rak terbuka sebagai media agar anak merasa “diundang” untuk bermain atau istilahnya "invitation to play".

Tapi saat awal kami belum memiliki rak yang memadai untuk menerapkan prinsip itu, kami menyediakan beberapa kotak agar saat anak kami main, dia bisa mengambil mainan dari tempat itu dan mengembalikannya kembali ke tempat yang sama.
Pertama kali saat melakukan hal ini, kami selalu mengajaknya mengikuti apa yang kami lakukan sehingga memang tentunya tidak semua mainan dia sendiri yang mengembalikannya.

Namun karena adanya kebiasaan yang terbentuk, akhir-akhir ini putri kami semakin paham bahwa setelah bermain atau membaca buku, dia harus mengembalikannya kembali ke tempatnya dulu, setelah itu barulah mengambil yang lain.

7. Meletakkan sepatu pada raknya

Karena seringnya kami mengunjungi Pusat Pendukung Perkembangan Anak (Child Care Support Center/Kosodate Shien Center) yang mengharuskan kami melepas sepatu dan meletakkannya pada rak yang sudah disediakan, maka anak kami pun ingin meniru dengan membawa sendiri sepatunya dan meletakkannya di rak.
Dari hal ini, saat anak kami mulai aktif berjalan, kami pun mendorong anak kami untuk selalu melakukan hal tersebut yang pada akhirnya juga sudah menjadi kebiasaan.

8. Membuang sampah
Ada suatu masa, anak kami sangat senang memasukkan sesuatu ke dalam kotak atau lubang. Akhirnya, kami mengajaknya untuk belajar membuang sampah pada tempatnya, hingga pelan-pelan dia paham untuk membuang sampah di tempat sampah yang kami sediakan sesuai jangkauannya.

9. Mengupas buah
Putri kami sangat senang makan buah jeruk dan terkadang pisang. Untuk menambah kebahagiaannya, kami mengarahkan dia untuk mengupas sendiri buah tersebut. Makan buah semakin lahap dan tentunya nutrisi juga bertambah.

10. Menyalakan dan mematikan lampu
Menekan tombol adalah hal yang sangat menyenangkan untuk putri kami, terlebih kalau ada hal yang berubah saat tombol ditekan, seperti tombol lampu dan bel.

Oleh karena itu, dalam kesempatan kapanpun, kami selalu mengajak putri kami untuk menekan tombol lampu (dan tombol lainnya, seperti rice cooker ataupun microwave), sambil bercerita tentang fungsi, manfaat, dan hal yang sedang dilakukannya saat itu.
Kegiatan sederhana seperti ini bisa membantu menambah kosa katanya juga.

11. Mencuci sayur

Kegiatan ini bukan menjadi ide awal saat kami memulai Montessori.
Tetapi karena ketika saya akan memasak, putri kami senang bermain air di area kitchen sink dan sering melihat saya mencuci sayur, suatu kali dia meminta untuk mencoba membantu mencuci sayur. Akhirnya, dengan mengikuti prinsip "follow the child" dari Montessori, saya inisiatif untuk berbagi tugas saat mencuci sayur. Saya mencuci, putri kami meniriskan sayur dengan memindahkan dari wadah satu ke wadah lainnya. Dari hal ini juga terjadi latihan motorik dan koordinasi mata dan tangan, lho.

12. Memasukkan baju ke mesin cuci
Mirip seperti proses membuang sampah, memasukkan pakaian kotor ke dalam keranjang, yang kemudian memasukkannya juga ke dalam mesin cuci, adalah aktivitas favorit yang disenangi oleh putri kami.
Terlebih karena dia sedang dalam fase “containtement schema” (akan dibahas di artikel lain, yaa..) yang menjadikan kegiatan ini menarik untuk diulang.

Kalau dilihat dari kegiatan di atas, pasti banyak orang tua yang sebenarnya sudah melakukan hal ini tanpa tahu tentang Montessori.
Jadi, tanpa harus mengenal Montessori terlebih dulu, banyak kegiatan positif yang bisa diterapkan ke anak kita.
Apalagi jika semakin banyak menggali tentang metode ini, pastinya akan semakin mudah juga memahami perkembangan masing-masing anak.

Tentunya tidak semua hal di atas selalu berjalan mulus.
Ada masa di mana putri kami tidak ingin melakukannya dan ada masa di mana kami pun harus melakukan tanpa melibatkan.
Tapi yang paling utama adalah selalu memberi kesempatan dan dorongan agar putri kami pun ikut terlibat dan merasa bahwa dia pun bagian dari keluarga yang selalu dipercaya, diperhitungkan, dan tentunya diperhatikan.

Tulisan ini juga sebagai pengingat dan motivasi untuk keluarga kami sendiri untuk konsisten dan semangat dalam belajar bersama putri kami.
Semoga begitupun dengan teman-teman yang membaca.

Comments


  1. Kontraktor Malang
    . - Kami menawarkan harga terjangkau dengan penggunaan bahan berkualitas sesuai dengan standar konstruksi bangunan serta menggunakan tenaga ahli yang berpengalaman sesuai dengan keahlian masing-masing dibidangnya.

    ReplyDelete

Post a Comment