Literasi dalam Iterasi: Peran Keluarga dalam Menumbuhkan Budaya Literasi
Durasi membaca: 8 menit
*li.te.ra.si /literasi/
1. (n) kemampuan menulis dan membaca
2. (n) pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu: --komputer
3. (n) kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup
*ite.ra.si /iterasi/
(n) perulangan
---
Begitulah sebagian data diri yang selalu saya tulis ketika bertukar biodata dengan teman semasa duduk di bangku SMP beberapa saat sebelum perpisahan.
Saya rasa mayoritas dari teman-teman saya menuliskan hobi yang sama kala itu.
---
Kurang dari 5 tahun lalu...
Saya bangga ketika Najwa Shihab diberi amanah sebagai Duta Baca Indonesia.
Namun saat awal menjadi Duta Baca, berita tentang rendahnya tingkat literasi Indonesia menjadi ramai diperbincangkan.
Tahun 2015, Program for International Students Assesment (PISA) mencatat bahwa tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 62 dari 70 negara.**
Tahun 2016, Central Connecticut State University dalam World's Most Literate Nations Ranked merekam bahwa minat baca Indonesia berada di urutan 60 dari 61 negara.***
Membaca berita ini dari berbagai media membuat saya terhenyak.
"Apa benar?"
Karena saat saya masih duduk di bangku sekolah, membaca adalah "makanan" sehari-hari hampir semua teman saya di sekolah. Begitu pula saya.
Mungkin memang media yang dibaca bukan hanya buku pelajaran, melainkan majalah anak-anak atau komik, tetapi tetap saja membaca adalah kegemaran kami.
Saya ingat pernah menghabiskan beberapa novel hanya dalam satu hari saja saat duduk di bangku SMP dan saya selalu tidak sabar menunggu terbitnya Majalah Bobo saat itu.
Hmm...
Namun sejujurnya setelah mengetahui berita ini, saya masih agak cuek dan kurang aktif untuk mencari tahu dari sisi mana saya bisa membantu untuk meningkatkan literasi negara tercinta.
---
Sekarang...
Waktu berlalu...
Tahun lalu kami diberi anugerah seorang bayi perempuan, dan salah satu cita-cita terbesar kami adalah anak kami dapat mencintai buku sedari dini.
Lalu saya pun mulai tertarik untuk mempelajari tentang metode parenting dalam belajar bersama anak, seperti Montessori, hingga yang khusus, seperti literasi untuk anak usia dini.
Dari beberapa sumber yang saya pelajari, ternyata literasi bukan hanya sekadar anak dapat menulis atau membaca, tetapi juga cara menyampaikan tulisan serta cara membaca pun memiliki kiatnya masing-masing sehingga kelak anak dapat menjadi seseorang yang mampu menerima dan mengolah informasi agar bermanfaat bagi kehidupan.
Pembelajaran ini membuat saya semakin bersemangat untuk lebih memahami dan mencintai literasi agar anak kami pun sama cintanya terhadap literasi.
Sempat terlintas dalam pikiran saya, bagaimana saya dapat menumbuhkan hingga mempertahankan cinta anak saya pada literasi.
Lalu saya menemukan artikel yang menarik dan lagi-lagi dari ucapan Duta Baca negara kita tercinta, Mbak Najwa.****
"..bukan minat baca anak-anak Indonesia yang rendah, tetapi akses terhadap buku yang rendah."
Selanjutnya, "Buktinya anak-anak di berbagai taman baca berlarian ketika datang buku baru."
Wow!
Saya cukup terkejut.
Jadi ternyata yang saya alami saat duduk di bangku sekolah pun masih sama dengan anak-anak di masa ini.
Dan ternyata juga, selama ini hal yang dijadikan tolak ukur oleh lembaga survey di tahun 2015 dan 2016 di atas menjadi kurang valid.
Jadi untuk pertanyaan tentang apa yang dapat kita lakukan untuk membantu negara tercinta kita dalam meningkatkan minat baca masyarakatnya?
Jawabannya pun sama seperti pertanyaan saya di atas.
Tentu saja memberikan tempat, waktu, dan jumlah yang seluas-luasnya untuk anak-anak dapat menikmati buku.
Untuk hal ini, sudah banyak yang bergerak dalam menyediakan fasilitas dan akses untuk anak-anak memperoleh buku dengan lebih mudah.
Sejauh ini saya mengikuti beberapa informasi penggiat literasi, terutama di media sosial, seperti Ibu Roosie Setiawan, Hello Library, Pelangi Book, Book Visit, dan Say Yes to Book.
Selain itu, saya juga bangga dengan adanya akses yang semakin mudah untuk memperoleh berbagai bacaan dari aplikasi iPusnas milik Perpustakaan Nasional dan aplikasi Let's Read dari The Asia Foundation yang bekerja sama dengan banyak kontributor dari berbagai negara di Asia, termasuk Indonesia untuk memberikan akses yang mudah untuk buku anak-anak.
Terlebih lagi saat ini Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sedang menggalakkan berbagai program dalam meningkatkan budaya #LiterasiKeluarga, terutama anak-anak.
Mengapa sebagian besar perhatian mengenai literasi dipusatkan pada anak-anak?
Karena anak-anak sangat mudah menyerap berbagai informasi dan jika kegiatan literasi terus dilakukan dengan rutin, maka akan muncul rasa cinta yang positif untuk kehidupannya kelak.
Dari sinilah kemudian muncul kata-kata "literasi dalam iterasi" yang disumbangkan oleh suami saya.
---
Literasi dalam Iterasi
"Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit."
Peribahasa yang dapat menggambarkan bagaimana proses menumbuhkan rasa cinta pada literasi sejak dini. Peribahasa ini pula yang dapat menggambarkan bahwa iterasi atau perulangan yang sedikit namun dilakukan dengan konsisten, dapat memberikan hasil yang besar.
Walaupun literasi tidak hanya berbicara tentang membaca, tetapi hal yang paling sederhana yang dapat kita lakukan untuk anak sejak lahir adalah dengan membaca.
Membuat anak mencintai tulisan, mencintai cerita, dan mencintai buku dapat dimulai dengan hal yang sangat sederhana melalui membaca rutin setiap hari.
Tidak perlu terlalu muluk, satu buku dalam satu hari sudah sangat cukup untuk mengenalkan anak pada literasi. Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit, bukan?
Menurut Setiawan, R. (2017), membaca buku, khususnya untuk anak sejak usia dini, memiliki manfaat dalam mengembangkan otak anak dengan lebih optimal, mengenalkan banyak kosa kata baru, terlebih jika anak sedang dalam tahap tumbuh kembang berbicara, melatih daya imajinasi anak, membuat anak terbiasa melihat tulisan (yang akhirnya membuatnya mencintai tulisan), meningkatkan ikatan antara anak dan orang tua, melatih kemampuan mendengar, rentang perhatian, dan daya ingat, mengajarkan arti kata, mengenalkan konsep gambar, ilustrasi, buku, hingga proses belajar anak dan orang tua.
Selain melakukan blogwalking ataupun membaca artikel dan buku, saya pun mengikuti beberapa kelas online yang akhirnya memberikan kami pandangan tentang teknik membaca yang khususnya digemari oleh anak-anak dengan beberapa variasi, seperti read aloud/membaca nyaring, storytelling/mendongeng, bercerita pada satu halaman buku, dan picture walking.
Dari berbagai teknik membaca itu, read aloud adalah yang paling efektif dan paling sederhana untuk dilakukan, terlebih untuk anak usia dini dan dapat membantu memperbanyak kosa kata anak sesuai tulisan yang tertuang dalam buku.
Namun, storytelling juga tidak kalah menariknya karena membantu mengembangkan imajinasi anak, khususnya untuk anak usia prasekolah.
Salah satu referensi sederhana yang bisa menjelaskan kedua variasi membaca dalam keluarga bisa dilihat di tulisan dari Yosvita Siswati ini.
Dalam keluarga kami, iterasi sederhana yang kami lakukan adalah:
- Sejak lahir, kami mulai menyediakan dan membacakan buku dengan berbagai material sesuai usia anak kami secara rutin setiap hari.
- Setelah anak kami sudah memasuki fase tumbuh kembang yang memudahkannya untuk bergerak, kami pun memberi tempat dan waktu yang tidak terbatas untuk anak kami agar dapat mengambil dan membaca buku sesukanya.
Tanpa kami sadari, hal kecil dengan menjadikan bacaan sebagai #SahabatKeluarga ini memberikan makna bahwa kami pun dapat membantu meningkatkan minat baca dan menumbuhkan budaya literasi untuk negara tercinta kami dimulai dari keluarga kecil kami.
Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit.
Dimulai dari sedikit keluarga kecil yang rutin memberikan akses bacaan pada anak, menjadi bukit Indonesia yang memiliki peringkat literasi yang lebih baik.
Bukan harapan yang sulit, bukan?
Semoga.
---
Referensi:
* Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016). KBBI Daring. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dapat diakses di kbbi.kemdikbud.go.id
** Damarjati, D. (2019). Benarkah Minat Baca Orang Indonesia Serendah Ini?. Dapat diakses di Detik.com
*** Central Connecticut State University. (2016). World's Most Literate Nations. Dapat diakses di ccsu.edu
**** Harahap, P. (2017). Najwa Shihab Benar, Bukan Minat Membaca yang Rendah. Dapat diakses di Kompasiana
- Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat. (2019). Hadiri FLS 2019, Najwa Shihab: Literasi Bukan Sekadar Jago Mengeja atau Membaca. Dapat diakses di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
- Setiawan, R. (2017). Membacakan Nyaring. Jakarta: Penerbit Noura
- Siswati, Y. (2016). Storytelling dan Read Aloud Samakah?. Dapat diakses di yosvitasiswati.com
- Trelease, J. (1979). The Read Aloud Handbook. New York: Penguin Books
*li.te.ra.si /literasi/
1. (n) kemampuan menulis dan membaca
2. (n) pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu: --komputer
3. (n) kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup
*ite.ra.si /iterasi/
(n) perulangan
---
15 tahun yang lalu...
Nama : Ricca
.
.
.
Hobi : membaca
.
.
.
Begitulah sebagian data diri yang selalu saya tulis ketika bertukar biodata dengan teman semasa duduk di bangku SMP beberapa saat sebelum perpisahan.
Saya rasa mayoritas dari teman-teman saya menuliskan hobi yang sama kala itu.
---
Kurang dari 5 tahun lalu...
Saya bangga ketika Najwa Shihab diberi amanah sebagai Duta Baca Indonesia.
Namun saat awal menjadi Duta Baca, berita tentang rendahnya tingkat literasi Indonesia menjadi ramai diperbincangkan.
Tahun 2015, Program for International Students Assesment (PISA) mencatat bahwa tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 62 dari 70 negara.**
Tahun 2016, Central Connecticut State University dalam World's Most Literate Nations Ranked merekam bahwa minat baca Indonesia berada di urutan 60 dari 61 negara.***
Membaca berita ini dari berbagai media membuat saya terhenyak.
"Apa benar?"
Karena saat saya masih duduk di bangku sekolah, membaca adalah "makanan" sehari-hari hampir semua teman saya di sekolah. Begitu pula saya.
Mungkin memang media yang dibaca bukan hanya buku pelajaran, melainkan majalah anak-anak atau komik, tetapi tetap saja membaca adalah kegemaran kami.
Saya ingat pernah menghabiskan beberapa novel hanya dalam satu hari saja saat duduk di bangku SMP dan saya selalu tidak sabar menunggu terbitnya Majalah Bobo saat itu.
Hmm...
Namun sejujurnya setelah mengetahui berita ini, saya masih agak cuek dan kurang aktif untuk mencari tahu dari sisi mana saya bisa membantu untuk meningkatkan literasi negara tercinta.
---
Sekarang...
Waktu berlalu...
Tahun lalu kami diberi anugerah seorang bayi perempuan, dan salah satu cita-cita terbesar kami adalah anak kami dapat mencintai buku sedari dini.
Lalu saya pun mulai tertarik untuk mempelajari tentang metode parenting dalam belajar bersama anak, seperti Montessori, hingga yang khusus, seperti literasi untuk anak usia dini.
Dari beberapa sumber yang saya pelajari, ternyata literasi bukan hanya sekadar anak dapat menulis atau membaca, tetapi juga cara menyampaikan tulisan serta cara membaca pun memiliki kiatnya masing-masing sehingga kelak anak dapat menjadi seseorang yang mampu menerima dan mengolah informasi agar bermanfaat bagi kehidupan.
Pembelajaran ini membuat saya semakin bersemangat untuk lebih memahami dan mencintai literasi agar anak kami pun sama cintanya terhadap literasi.
Sempat terlintas dalam pikiran saya, bagaimana saya dapat menumbuhkan hingga mempertahankan cinta anak saya pada literasi.
Lalu saya menemukan artikel yang menarik dan lagi-lagi dari ucapan Duta Baca negara kita tercinta, Mbak Najwa.****
"..bukan minat baca anak-anak Indonesia yang rendah, tetapi akses terhadap buku yang rendah."
Selanjutnya, "Buktinya anak-anak di berbagai taman baca berlarian ketika datang buku baru."
Wow!
Saya cukup terkejut.
Jadi ternyata yang saya alami saat duduk di bangku sekolah pun masih sama dengan anak-anak di masa ini.
Dan ternyata juga, selama ini hal yang dijadikan tolak ukur oleh lembaga survey di tahun 2015 dan 2016 di atas menjadi kurang valid.
Jadi untuk pertanyaan tentang apa yang dapat kita lakukan untuk membantu negara tercinta kita dalam meningkatkan minat baca masyarakatnya?
Jawabannya pun sama seperti pertanyaan saya di atas.
Tentu saja memberikan tempat, waktu, dan jumlah yang seluas-luasnya untuk anak-anak dapat menikmati buku.
Untuk hal ini, sudah banyak yang bergerak dalam menyediakan fasilitas dan akses untuk anak-anak memperoleh buku dengan lebih mudah.
Sejauh ini saya mengikuti beberapa informasi penggiat literasi, terutama di media sosial, seperti Ibu Roosie Setiawan, Hello Library, Pelangi Book, Book Visit, dan Say Yes to Book.
Selain itu, saya juga bangga dengan adanya akses yang semakin mudah untuk memperoleh berbagai bacaan dari aplikasi iPusnas milik Perpustakaan Nasional dan aplikasi Let's Read dari The Asia Foundation yang bekerja sama dengan banyak kontributor dari berbagai negara di Asia, termasuk Indonesia untuk memberikan akses yang mudah untuk buku anak-anak.
Terlebih lagi saat ini Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sedang menggalakkan berbagai program dalam meningkatkan budaya #LiterasiKeluarga, terutama anak-anak.
Mengapa sebagian besar perhatian mengenai literasi dipusatkan pada anak-anak?
Karena anak-anak sangat mudah menyerap berbagai informasi dan jika kegiatan literasi terus dilakukan dengan rutin, maka akan muncul rasa cinta yang positif untuk kehidupannya kelak.
Dari sinilah kemudian muncul kata-kata "literasi dalam iterasi" yang disumbangkan oleh suami saya.
---
Literasi dalam Iterasi
"Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit."
Peribahasa yang dapat menggambarkan bagaimana proses menumbuhkan rasa cinta pada literasi sejak dini. Peribahasa ini pula yang dapat menggambarkan bahwa iterasi atau perulangan yang sedikit namun dilakukan dengan konsisten, dapat memberikan hasil yang besar.
Walaupun literasi tidak hanya berbicara tentang membaca, tetapi hal yang paling sederhana yang dapat kita lakukan untuk anak sejak lahir adalah dengan membaca.
Membuat anak mencintai tulisan, mencintai cerita, dan mencintai buku dapat dimulai dengan hal yang sangat sederhana melalui membaca rutin setiap hari.
Tidak perlu terlalu muluk, satu buku dalam satu hari sudah sangat cukup untuk mengenalkan anak pada literasi. Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit, bukan?
Menurut Setiawan, R. (2017), membaca buku, khususnya untuk anak sejak usia dini, memiliki manfaat dalam mengembangkan otak anak dengan lebih optimal, mengenalkan banyak kosa kata baru, terlebih jika anak sedang dalam tahap tumbuh kembang berbicara, melatih daya imajinasi anak, membuat anak terbiasa melihat tulisan (yang akhirnya membuatnya mencintai tulisan), meningkatkan ikatan antara anak dan orang tua, melatih kemampuan mendengar, rentang perhatian, dan daya ingat, mengajarkan arti kata, mengenalkan konsep gambar, ilustrasi, buku, hingga proses belajar anak dan orang tua.
Selain melakukan blogwalking ataupun membaca artikel dan buku, saya pun mengikuti beberapa kelas online yang akhirnya memberikan kami pandangan tentang teknik membaca yang khususnya digemari oleh anak-anak dengan beberapa variasi, seperti read aloud/membaca nyaring, storytelling/mendongeng, bercerita pada satu halaman buku, dan picture walking.
Dari berbagai teknik membaca itu, read aloud adalah yang paling efektif dan paling sederhana untuk dilakukan, terlebih untuk anak usia dini dan dapat membantu memperbanyak kosa kata anak sesuai tulisan yang tertuang dalam buku.
Namun, storytelling juga tidak kalah menariknya karena membantu mengembangkan imajinasi anak, khususnya untuk anak usia prasekolah.
Salah satu referensi sederhana yang bisa menjelaskan kedua variasi membaca dalam keluarga bisa dilihat di tulisan dari Yosvita Siswati ini.
Dalam keluarga kami, iterasi sederhana yang kami lakukan adalah:
- Sejak lahir, kami mulai menyediakan dan membacakan buku dengan berbagai material sesuai usia anak kami secara rutin setiap hari.
- Setelah anak kami sudah memasuki fase tumbuh kembang yang memudahkannya untuk bergerak, kami pun memberi tempat dan waktu yang tidak terbatas untuk anak kami agar dapat mengambil dan membaca buku sesukanya.
Tanpa kami sadari, hal kecil dengan menjadikan bacaan sebagai #SahabatKeluarga ini memberikan makna bahwa kami pun dapat membantu meningkatkan minat baca dan menumbuhkan budaya literasi untuk negara tercinta kami dimulai dari keluarga kecil kami.
Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit.
Dimulai dari sedikit keluarga kecil yang rutin memberikan akses bacaan pada anak, menjadi bukit Indonesia yang memiliki peringkat literasi yang lebih baik.
Bukan harapan yang sulit, bukan?
Semoga.
---
Referensi:
* Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016). KBBI Daring. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dapat diakses di kbbi.kemdikbud.go.id
** Damarjati, D. (2019). Benarkah Minat Baca Orang Indonesia Serendah Ini?. Dapat diakses di Detik.com
*** Central Connecticut State University. (2016). World's Most Literate Nations. Dapat diakses di ccsu.edu
**** Harahap, P. (2017). Najwa Shihab Benar, Bukan Minat Membaca yang Rendah. Dapat diakses di Kompasiana
- Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat. (2019). Hadiri FLS 2019, Najwa Shihab: Literasi Bukan Sekadar Jago Mengeja atau Membaca. Dapat diakses di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
- Devega E. (2017). TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas Membaca tapi Cerewet di Medsos. Dapat diakses di Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
- Haryanto, A. (2017). Najwa Paparkan Data Soal Rendahnya Minat Baca Indonesia. Dapat diakses di Tirto.id
- Muharram, R. M. (2019). Minat Baca Orang Indonesia Rendah, Masa sih?. Dapat diakses di Blog RuangGuru
- Pangemanan, B. A. (2019). Basic Read Aloud. Materi kelas.
- Poetri, P. F. (2019). Montessori for Unconscious Mind. Materi kelas.- Setiawan, R. (2017). Membacakan Nyaring. Jakarta: Penerbit Noura
- Siswati, Y. (2016). Storytelling dan Read Aloud Samakah?. Dapat diakses di yosvitasiswati.com
- Trelease, J. (1979). The Read Aloud Handbook. New York: Penguin Books
- UNESCO Institute of Statistics. (2019). Literacy. Dapat diakses di uis.unesco.org
- Wikipedia.com (2019). List of Countries by Literacy Rate. Dapat diakses di wikipedia.org
Keren nih mb ricca pernah jadi duta baca. Moga hobinya menular ke anak-anak ya mbak.
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir baca blog ini, Mbak Dyah..
DeleteDuta baca yang di artikel ini maksudnya Mbak Najwa Shihab, Mbak..
Tapi memang kita semua termasuk "duta" baca buat keluarga masing-masing juga :)
Semoga sukses dan semangat buat kita, ya, Mbak..
Mantaaap bangett mbaak ricca ulasannya ♥️♥️ ternyata kitaa sama mbak, tiap isi biodata pasti nulisnya hobi membaca wkwkw gemar membaca sejak kecil memang pengaruh banget sama perkembangan literasi di masa dewasa begini. Saya merasa bersyukur sekali sejak kecil sudah diberikan fasilitas sama ayah ibuk biar bsa menyalurkan hobi membaca saya dengan sering diajak ke perpus daerah dan jatah buat beli buku tiap bulan. Privilege banget rasanya ya, harus banyak bersyukur hehehe
ReplyDeleteSedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit, terus semangat menularkan energi gemar membaca ke sekitar mbaak. Untuk literasi Indonesia yang lebih cemerlang dan supaya minat di Indonesia bisa perlahan meningkat. Aamiin 😇😊
Makasiii, Lucy..
DeleteIyaa, padahal dulu banyakan baca komik, novel, sama majalah, hahaha..
Waah, senang banget sampai ayah ibunya Lucy ajak ke perpus daerah.
Itu privilage yang sesungguhnya karena bisa membantu kita untuk makin cinta dengan literasi dari kecil.
Yes! Lucy juga terus menginspirasi lewat tulisan-tulisan yang membuka banyak wawasan, yaa.. Semoga kita bisa sama-sama menyalurkan energi positif lewat literasi.
Amiiinn...